Komunitas Pecinta Pancasila

KITA Berteman lebih dari Saudara

Keputusan Mendikbud tentang Penghentian Kurikulum 2013

Download Keputusan Mendikbud tentang Penghentian Kurikulum 2013

Talk Show bersama Anies Baswedan

Komunitas Pecinta Pancasila menghadiri Talk Show bersama Anies Baswedan, Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah

HIMNAS PPKn 2014: Seminar Nasional dan Rapat Kerja Nasional di Universitas Negeri Surabaya

Tahun ini, Universitas Negeri Surabaya dipercaya sebagai tuan rumah dalam acara Seminar Nasional dan Rapat Kerja Nasional, Himpunan Mahasiswa Nasional PPKn

Komunitas Pecinta Pancasila: Selayang Pandang

Komunitas Pecinta Pancasila (KITA) dibentuk pada tanggal 9 September 2013 di Universitas Negeri Surabaya

Wednesday, February 18, 2015

East Java Inspiring Youth 2015

Dinas Kepemudaan dan Keolahragaan Propinsi Jawa Timur bersama Global Peace Foundation Indonesia mengadakan seleksi peserta pengembangan pemuda berbasis Internasional dengan tema "East Java Inspiring Youth 2015" di Aula DISPORA Jatim, Rabu (18/02).

Seleksi dibagi menjadi dua tahap, tahap pertama yaitu pengiriman formulir pendaftaran melalui e-mail sehingga terpilih 100 peserta, termasuk anggota Komunitas Pecinta Pancasila sebanyak 10 orang. Tahap kedua yaitu tes wawancara menggunakan bahasa Inggris, dan terpilih 60 pemuda-pemudi berjiwa kepemimpinan dari berbagai pelosok Jawa Timur. Anggota Komunitas Pecinta Pancasila lolos sejumlah 4 orang pada tahap ini.

Global Peace Foundation adalah Organisasi non-profit yang berpusat di Korea Selatan dengan mengusung visi "One Family under God". Kami ucapkan selamat kepada delegasi KITA yang lolos untuk mengikuti pelatihan kepemimpinan pada tanggal 9-11 Maret 2015 di Surabaya.

Saturday, February 14, 2015

Kemandekan Pola Pemikiran Pembaharuan

Kemandekan Pola Pemikiran Pembaharuan
Oleh : Firman Budi Pratama

Dinamisnya perjalanan sang sangkakala waktu, merajutnya renda-renda tirai kehidupan yang begitu semerbak dengan pintaian akal, menjadikan 1001 atau bahkan kemajemukan akan heterogenitas dunia yang bak surgawi kecil dalam lamunan fatamorgana. Begitu banyak perihal ditawarkan dalam kanvas-kanvas yang diwarnai dengan macam guratan penuh keanggunan. Menyilau setiap keanggunan penuh dengan kebermaknaan akan intisari pemahaman.
Silau yang menyilaukan, lamunan yang begitu anggun kenikmatan, hiasan peluh luluh yang bernafaskan dawai-dawai syahdu melodi harmoni jingga seraya. Sebuah sibatan filosofis menggertak, “ Kapan buaian akan selalu dalam rangkulan sang bidadari nista ? Tak sadarkah bahwa pelangi yang indah tak pernah coba untuk disongsong ? Kemana selama bentang layar berada dalam peraduan ? “.
Kenallah betul langit, maka tahulah apakah langit itu biru. Pahamilah dinginnya kefanaan, maka tahulah engkau pada apa itu keabadian. Pernahkah coba tengok matahari di terik hari ? benak menyurat bodoh adalah ulah yang dilakukan, tetapi berani adalah makna yang menyirat untuk ditunjukkan.

Pembukaan yang terinspirasi dengan Nurcholish Madjid tentang pembaharuan pemikiran. Begitu mendalam, karena tidak bisa dimaknai secara terpotong-potongm diperlukan frame untuk memahami secara utuh. Suatu frame yang member terang akan konteks pikiran yang tersebar.
Pembukaan awal, menyiratkan kebermaknaan bahwa tidak ada gagasan yang berdiri dengan kekal. Terlebih gagasan barusebagai wujud respons atas situasi sosial-historis tertentu. Begitu pula dengan gagasan pembaharuan yang muncul pada masa Orde Baru. Hal tersebut muncul sebagai respons Islam atas gagasan modernisasi. Pembaruan Islam itu juga bukan sesuatu yang berdiri sendiri dalam konteks lokal dan problem kontemporer. Tapi juga berkaitan erat dengan apa yang terjadi di dunia Islam internasional, maupun pembaharuan-pembaharuan yang sudah terjadi sebelum masa Orde Baru.
Hal tersebut menjadi suatu konsekuensi yang logis setelah bangsa Indonesia merdeka dan kemerdekaan itu mantap berada ditangan. Maka timbullah cita-cita dan idealisme sebagai manusia yang bebas dapat direalisir dan diwujudkan. Karena periode ini adalah periode pengisian kemerdekaan, yaitu guna menciptakan masyarakat atau kehidupan yang adil dan makmur. Maka mulailah pembangunan nasional untuk melaksanakan pembangunan dengan faktor yang sangat diperlukan adalah ilmu pengetahuan.
Namun dengan semakin meremajakannya globalisasi di era yang modern, pola pemikiran manusia mengalami stagnasi. Hal ini menyebabkan, hedonis dan pragmatis menjangkiti bak virus-virus menyebar. Segala bentuk kemudahan di nomor satukan, instan adalah jalan yang utama tanpa memperhatikan kebermaknaan sebuah proses. Ini telah menunjukkan bahwa telah terjadi kemandekan pola pemikiran pembaharuan. Segala sesuatu yang dirasa cukup, ada untuk dinikmati atau pepatah Jawa menyebut, “nerimo ing pandum “.
Untuk itu dibutuhkan sebuah pembaharuan pola pemikiran agar tidak terjadi kemandekan atau stagnasi agar tidak merasa puas dengan apa yang sudah didapat. Hal ini dikarenakan dalam benak atau pikiran manusia terdapat sejumlah gagasan baik yang bersifat tunggal (seperti gagasan tentang Tuhan, dewa, atau segala perihal yang bersifat abstral) maupun majemuk (seperti gagasan kita tentang Tuhan Pengasih, atau bentuk tindak tanduk yang melekat pada perihal yang bersifat abstral).
Bentuk pengetahuan-pengetahuan ini disebut pengetahuan tasawwuf (konsepsi). Bentuk proposisi keyakinan atau kepercayaan apapun, pada mulanya merupakan bentuk konsepsi sederhana.Tetapi pengetahuan tasawwuf (konsepsi) sebagaimana telah diketahui hanyalah merupakan gagasan-gagasan sederhana yang didalamnya belum ada penilaian benar atau salah. Oleh karenanya, seseorang tidak diperkenankan merasa puas hanya dengan pengetahuan konsepsi, tetapi harus melangkah untuk mendapatkan pengetahuan yang bersifat yakin yaitu pengetahuan– pengetahuan tasdhiqi. Dalam artian harus melakukan suatu proses penilaian terhadap setiap gagasan-gagasan (baik tunggal maupun majemuk) atau konsepsinya agar dapat diyakini.

Kemandekan Pola Pemikiran Pembaharuan

Kemandekan Pola Pemikiran Pembaharuan
Oleh : Firman Budi Pratama

Dinamisnya perjalanan sang sangkakala waktu, merajutnya renda-renda tirai kehidupan yang begitu semerbak dengan pintaian akal, menjadikan 1001 atau bahkan kemajemukan akan heterogenitas dunia yang bak surgawi kecil dalam lamunan fatamorgana. Begitu banyak perihal ditawarkan dalam kanvas-kanvas yang diwarnai dengan macam guratan penuh keanggunan. Menyilau setiap keanggunan penuh dengan kebermaknaan akan intisari pemahaman.
Silau yang menyilaukan, lamunan yang begitu anggun kenikmatan, hiasan peluh luluh yang bernafaskan dawai-dawai syahdu melodi harmoni jingga seraya. Sebuah sibatan filosofis menggertak, “ Kapan buaian akan selalu dalam rangkulan sang bidadari nista ? Tak sadarkah bahwa pelangi yang indah tak pernah coba untuk disongsong ? Kemana selama bentang layar berada dalam peraduan ? “.
Kenallah betul langit, maka tahulah apakah langit itu biru. Pahamilah dinginnya kefanaan, maka tahulah engkau pada apa itu keabadian. Pernahkah coba tengok matahari di terik hari ? benak menyurat bodoh adalah ulah yang dilakukan, tetapi berani adalah makna yang menyirat untuk ditunjukkan.

Pembukaan yang terinspirasi dengan Nurcholish Madjid tentang pembaharuan pemikiran. Begitu mendalam, karena tidak bisa dimaknai secara terpotong-potongm diperlukan frame untuk memahami secara utuh. Suatu frame yang member terang akan konteks pikiran yang tersebar.
Pembukaan awal, menyiratkan kebermaknaan bahwa tidak ada gagasan yang berdiri dengan kekal. Terlebih gagasan barusebagai wujud respons atas situasi sosial-historis tertentu. Begitu pula dengan gagasan pembaharuan yang muncul pada masa Orde Baru. Hal tersebut muncul sebagai respons Islam atas gagasan modernisasi. Pembaruan Islam itu juga bukan sesuatu yang berdiri sendiri dalam konteks lokal dan problem kontemporer. Tapi juga berkaitan erat dengan apa yang terjadi di dunia Islam internasional, maupun pembaharuan-pembaharuan yang sudah terjadi sebelum masa Orde Baru.
Hal tersebut menjadi suatu konsekuensi yang logis setelah bangsa Indonesia merdeka dan kemerdekaan itu mantap berada ditangan. Maka timbullah cita-cita dan idealisme sebagai manusia yang bebas dapat direalisir dan diwujudkan. Karena periode ini adalah periode pengisian kemerdekaan, yaitu guna menciptakan masyarakat atau kehidupan yang adil dan makmur. Maka mulailah pembangunan nasional untuk melaksanakan pembangunan dengan faktor yang sangat diperlukan adalah ilmu pengetahuan.
Namun dengan semakin meremajakannya globalisasi di era yang modern, pola pemikiran manusia mengalami stagnasi. Hal ini menyebabkan, hedonis dan pragmatis menjangkiti bak virus-virus menyebar. Segala bentuk kemudahan di nomor satukan, instan adalah jalan yang utama tanpa memperhatikan kebermaknaan sebuah proses. Ini telah menunjukkan bahwa telah terjadi kemandekan pola pemikiran pembaharuan. Segala sesuatu yang dirasa cukup, ada untuk dinikmati atau pepatah Jawa menyebut, “nerimo ing pandum “.
Untuk itu dibutuhkan sebuah pembaharuan pola pemikiran agar tidak terjadi kemandekan atau stagnasi agar tidak merasa puas dengan apa yang sudah didapat. Hal ini dikarenakan dalam benak atau pikiran manusia terdapat sejumlah gagasan baik yang bersifat tunggal (seperti gagasan tentang Tuhan, dewa, atau segala perihal yang bersifat abstral) maupun majemuk (seperti gagasan kita tentang Tuhan Pengasih, atau bentuk tindak tanduk yang melekat pada perihal yang bersifat abstral).
Bentuk pengetahuan-pengetahuan ini disebut pengetahuan tasawwuf (konsepsi). Bentuk proposisi keyakinan atau kepercayaan apapun, pada mulanya merupakan bentuk konsepsi sederhana.Tetapi pengetahuan tasawwuf (konsepsi) sebagaimana telah diketahui hanyalah merupakan gagasan-gagasan sederhana yang didalamnya belum ada penilaian benar atau salah. Oleh karenanya, seseorang tidak diperkenankan merasa puas hanya dengan pengetahuan konsepsi, tetapi harus melangkah untuk mendapatkan pengetahuan yang bersifat yakin yaitu pengetahuan– pengetahuan tasdhiqi. Dalam artian harus melakukan suatu proses penilaian terhadap setiap gagasan-gagasan (baik tunggal maupun majemuk) atau konsepsinya agar dapat diyakini.